engine driven trash pump

engine driven trash pump. “engine driven trash pump” is published by GuZu Machinery.

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Alasan

Jenan menepati janjinya untuk masuk ke kamar rumah sakit setelah mengirim pesan pada Johan. Pesan yang didapatnya dari Johan soal sahabat Tala yang jadi saingan Jenan cukup menganggu pikirannya.

Maraka yang sedang mengistirahatkan diri itu melihat ke arah pintu masuk ketika Jenan datang.

“Ini temen aku, Rak. Namanya Jenandra.” ucap Tala.

“Salam kenal Kara, aku Maraka.”

“Namanya Jenandra, Rak. Kamu nih bisa berhenti ngasih nama panggilan aneh ke orang gak sih?”

“Biar beda, Kala. Apa Kaje aja ya aku manggilnya? Kanan mau Kanan?”

Tala memijit keningnya menahan kesal, sepupunya ini memang menyebalkan. Berbeda dengan Tala, Jenan malah tersenyum lebar mendengar ucapan Maraka.

“Panggil apa aja Rak, boleh terserah kamu.”

“Oke, Bangje aja aku manggilnya.”

“Hadeuh, terserah kamu aja lah, Rak.”

Tiga tahun hidup dengan Maraka membuat stok kesabaran milik Tala banyak terkuras sepertinya.

Maraka melihat Jenan malah tersenyum lebar ketika memandang wajah kesal Tala.

“Yang gini mah biasanya bucin.” ucapan tiba-tiba dari Maraka membuat keduanya bingung.

“Gimana?” tanya Tala.

“Nggak, itu Ka Theo sama temen kamu lama banget nyari makannya, biasanya lagi bucin dulu itu.” alasan spontan dibuat Maraka, padahal ucapan tadi ia tujukan pada Jenan.

“Ya kamu malah ganggu waktu mereka, harusnya kan mereka lagi nge-date.”

“Ya udah maaf, namanya musibah. Kebetulan juga kan Ka Theo lewat. Ini Dada kapan dateng ya aku bosen diomelin Kala mulu.”

“Makanya jangan bandel, kamu tuh udah kelas dua belas, banyakin diem di rumah aja. Keluar kalo ada perlu.”

“Ya aku kan keluar buat beli makanan buat ikan kamu, ngasih makan ikan kan perlu juga.”

“Terserah kamu aja lah, cape aku.”

“Aku juga cape dengerin kamu ngomel.”

Jenan yang mendengar perdebatan mereka menggaruk tengkuknya canggung. Suara notifikasi membuat fokusnya beralih pada ponsel yang kini berada di tangannya.

“Jo sama Theo udah deket katanya.” ucap Jenan.

Kini ruangan yang didominasi cat warna putih itu di isi oleh lima orang laki-laki, empat orang menikmati nasi goreng dengan khidmat, dan satu orang lagi memandang keempat orang yang sedang menyantap makanannya.

“Tega banget aku gak dibeliin.” protes Maraka.

“Dada, Ibu, sama Bunda bentar lagi ke sini.” ucap Theo tak berniat membalas ucapan Maraka.

Tala yang sibuk mengunyah jadi tersedak mendengar ucapan Theo. Jenan yang melihatnya dengan sigap membuka air botol kemasan untuk ia berikan pada Tala.

“Pelan-pelan Ta makannya.” ucap Jenan sambil memberikan air botol tadi pada Tala.

“Aduh gue kayanya harus balik kos deh, baru inget ada janji sama Dewa.”

“Janji apaan anjir?” tanya Theo.

“Ada pokoknya penting banget, gue boleh minta tolong anter ke kos gak Je?” Tala tau harusnya ia tidak melakukan ini terlebih Jenan masih sibuk memakan nasi gorengnya.

Jenan mengangguk lalu menyimpan nasi gorengnya yang masih tersisa di kursi yang sudah tidak ia duduki.

“Tega banget Kala, itu Bangjen masih makan juga.”

Tala paham, tapi ia harus segera membawa Jenan keluar dari sini.

“Gapapa kok, ayo Ta.”

“Theo, Jo, maaf ya, gue titip Maraka dulu sampe Dada dia dateng.”

“Ya udah, hubungin gue kalo udah sampe.” Theo mulai paham kenapa Tala bersikap seperti itu.

Tala dan Jenan pun pergi menuju area parkir, Tala berjalan dengan tergesa dengan tangan kanannya memegang pergelangan tangan Jenan.

Sesampainya mereka di area parkir, Jenan mengarahkan remot untuk membuka kunci pintu mobilnya. Tala buru-buru masuk ke sana. Helaan napas lega ia keluarkan ketika berhasil duduk.

“Itu Bunda kamu kan, Ta?” Jenan menunjuk seorang perempuan yang baru saja turun dari mobil berwarna hitam.

“Eh iya,” rasa panik Tala tidak bisa berhenti begitu saja rupanya.

“Gak mau disapa dulu?”

“Gapapa deh nanti aja, ini lebih urgent.”

“Yaudah, kita ke kosan ya.”

“Oke, makasih banyak ya, Je.” Ucapan Tala dibalas anggukan oleh Jenan.

Selama diperjalanan keduanya hanya saling diam. Tala merutuki dirinya dengan memberi alasan bodoh dan Jenan dibuat penasaran dengan janji yang Tala miliki dengan seseorang bernama Dewa.

Dewa ini siapa? Sepenting apa janji itu dan sepenting apa Dewa sampai Tala memilih meninggalkan Maraka dan tidak menyapa bundanya?

Add a comment

Related posts:

Recruiter Magnet

To move up the ranks in management consulting, it’s more or less mandatory that you have a specialisation. I had spent the better part of a two-year consulting career being pulled onto projects…

How Gutter Cleaning Helps to Keep your house foundation safe?

Gutter cleaning is one of the most important maintenance chores for any home or building. Clogged gutters can cause a number of problems, from leaking roofs to flooded basements and even foundation…

School Shootings

Yesterday I thought about writing a post focused on classroom shootings, but the day ran away from me, and I wasn’t sure that I was ready to share my thoughts. It was a double dose of reading that…